Jumat, 10 Maret 2017

SAYA KATAKAN BAHAGIA

SAYA KATAKAN BAHAGIA

Bahagia itu banyak sumbernya. Baik oleh harta, kedudukan, dan lain lain. Lantas, apakah ketika semua itu tidak kita miliki masihkah kita KATAKAN
saya BAHAGIA?
Atau kita hanya meratapi keadaan ini dengan berpangku tangan?
Setiap pribadi telah diciptakan dengan kekayaan masing_masing. Potensi dan semangat adalah harta yang luar biasa mahalnya.
Akan tetapi kecenderungan setiap pribadi adalah membandingkan realitas diri dengan keadaan orang lain. Kecenderungan diri untuk  menyangkal dengan semua realitasnya adalah membesarkan peluang untuk selalu mencemaskan diri akan keadaan diri.
Kecenderungan diri untuk membandingkan diri dengan keadaan orang lain adalah usaha menenggelamkan diri dari berbagai potensi dirinya.
Kecanduan dalam membandingkan kelebihan atau kedudukan orang lain adalah usaha sadar untuk melupakan potensi diri, menyempitkan saluran yang mengalirkan kebahagian, menghambat diri untuk mengatakan Aku BAHAGIA.
Bahagia itu bersumber dari KEKURANGAN. Menyadari akan kekurangan diri adalah pintu menemukan potensi diri.
Menikmati apa yang ada dengan mengembangkan seluruh potensi diri adalah sumber yang memampukan setiap diri untuk berani mengatakan SAYa Bangga, saya BAHAGIA.
Setiap pribadi diciptakan sungguh luar biasa.Belajar bersyukur adalah stimulus membangkitkan diri untuk terus berdiri tegak dengan kekayaan potensi yang ada.
Semua kita adalah makhluk luar biasa.
Refleksi di Jumaat petang.

Jumat, 11 Maret 2016

Pertobatan Paulus

http://felikshatamntt.blogspot.co.id/?m=1

PAULUS INSPIRAS PERTOBATAN

PAULUS INSPIRASI PERTOBATAN
 Oleh: Feliks Hatam [Alumnus Teologi STKIP St. Paulus Ruteng,] 

Pertobatan tidak hanya mengungkapkan manusia itu dosa, namun sebagai kesadaran iman bahwa sesungguhnya dia lemah. Rahmat pertobatan memberikan kekuatan pada dirinya untuk menemupuh jalan dan cara baru dalam pewartaan, dan pertobatan itu sendiri adalah bentuk pewartaan. Pembaharuan sikap, kata dan tindakan adalah pertobatan yang menyata. Karena manusia lemah dan berdosa, maka setiap saat selalu menyerahkan diri dihadapan-Nya untuk memperoleh kekuatan dan pembaharuan diri. Sebab pada hakikatnya Gereja hadir untuk menguduskan umatnya. Rahmat itu terlakasana, bila umat-Nya memberikan jawaban. Respos itu disebut iman. Sikap dan tindakan adalah kesaksian, pertobatan dan pembaharuan sikap merupakan jawaban manusia untuk memperoleh dan mengambil bagian dalam karya keselamatan yang terlaksana dalam diri Kristus. Pada saat yang sama, pertobatan adalah perjuangan hidup yang akan berakhir sampai tubuh berpisah dari jiwa. Karena itu dalam artikel ini, penulis menampilkan tokoh St. Paulus sebagai inspirasi rekonsiliasi. Tidak dijelaskan secara detail tentang Paulus, namun menampilkan hal-hal umum saja. 

Paulus [Saulus] : Dari Farisi menjadi Alat Kristus

 Dari Saulus disebut Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus (Kis.13:9). Ia adalah keturunan Yahudi yang taat pada hukum agamanya. Ia lahir sekitar tahun 10 Masehi, disunat pada hari kedelapan dan pribadi yang berpendidikan dibawah bimbingan Gamalliel. Pendidikannya lebih tinggi dari keduabelas Rasul. Hal itu terlihat jelas pada kemampuanya dalam menginterprestasi hukum Taurat. Ketaatannya pada hukum Taurat adalah akar baginya untuk membeci mereka yang percaya akan Kristus. Peristiwa Damsyk adalah awal kepercayaanya pada Kristus. Dari sanalah lahir seorang pribadi yang tampil dengan trampil, berani dan penuh percaya diri dalam memberikan kesaksian tentang Kristus. Pertobatan Paulus adalah pembaharuan seluruh dimensi hidupnya dalam bentuk sikap, tindakan dan perkataannya. Pewartaan dan kesaksiannya seperti air yang memberikan keteduhan bagi pendengarnya. Saat itulah orang yang mengikuti Kristus percaya bahwa Paulus yang sangat kejam itu sudah tidak ada, dan Paulus yang sekarang adalah alat Kristus. Sebelum ia wafat (sekitar tahun 67 atau 68) akibat pengejaran di Kaisar Nero, Paulus menjalani karya misisnya sebanyak tiga kali. 

Saulus Jatuh dalam gengam Kristus: Petunjuk Rekonsiliasi

 Pentingya pertobatan Paulus tercermin dalam tiga kisah (Kis 9: 1-19; 22: 6-16; 26: 12-18). Dari tiga pristiwa itu mempunyai substansi yang sama, yakni pristiwa penuh pneumatis yang dialami secara pribadi oleh Paulus. Sebabakan tragedy itu, tugasnya ke Damsyik untuk melanjutkan misinya dihalangi oleh kristus. Kristus yang hadir dalam rupa cahaya (Kis 9:1-9) merebahkan Paulus ke Tanah. Dari cahaya itu, terdengar olehnya yang memanggil Saulus, saulus mengapa engkau menganiaya aku? Saulus menjawab siapakah engkau Tuhan. Akulah Yesus yang kau aniaya itu, jawab Yesus. Itu adalah pristiwa yang sangat misterius dalam kehidupan Paulus, Pristiwa yang dialami Saulus adalah peristiwa iman yang menerangi seluruh hidup dan cara berpikirnya. Begitupun dialog yang tejadi antara Yesus dan Paulus itu. Hal yang perlu diketahui bahwa, keselamatan pertama-tama itu datang dari Yesus. Dalam diam, setelah Paulus mengetahui bahwa Yesus itulah yang diimani oleh orang-orang yang dianiayanya. Dan dalam kerapuhan Paulus menyadari kelemahannya. Kekuatan Tuhan membangunya dan mengutusnya kembali dalam nama Tuhan yang ia jumpai. Paulus Inspirasi Rekonsiliasi Sikap dan keberanian untuk mengakui keterpurukan masa lalu merupakan langkah utama untuk bergerak maju sekaligus menentukan serta membentuk sikap baru. Menjadi pengikut Kristus yang sejati, Paulus telah memberikan pedoman; antaranya: Pertama: Bertobat bukan berarti melupakan. Pertobatan sesungguhnya adalah kemampuan untuk mengingatkan segala hal yang bertentangan. Dari sana kita bangkit mengarahkan dan menyerahkan diri kehadapan Tuhan. Tidak melupakan bukan berarti dendam, sebaliknya sebagai sebuah peringatan, agar tidak jatuh pada hal yang sama. Teologi salib memampukan manusia untuk melewati rentetan persoalan hidup, bertahan dalam keadaan yang sebenarnya dan tidak mengarahkan diri pada pemenuhan kebutuhan yang ditempuh secara tidak layak. Sehingga kelemahan adalah rahmat untuk memegahkan diri di hadapan Tuhan. Kerapuhan, kelemahan dan ketidaksadaran manusia duniawi akan ikut terkubur bersama Dia. Kelemahan harus diartikan juga sebagai sikap ketidaksangguppan manusia beriman untuk melakukan hal yang berwalanan dengan hati nurani serta keraguan untuk melakukan yang benar. Bersama kematian Kristus segala kelamahan dan keraguan kita dikubutkan, dan dalam kebangkitan-Nya kita akan menjadi manusia yang baru bersama Kristus yang bangkit. Kedua: Bertobat adalah Keputusan hati dan tindakan sikap. Bergabungnya Paulus dengan 12 Rasul adalah keputusan dan tindakannya (Kis. 9:26-27), sekaligus langkah awal baginya untuk menjadi saksi Kristus. Hati adalah ruang yang memungkinkan untuk berdialog dengan diri sendri. Keputusan hati adalah hal vital dalam pertobatan. Sikap ini diterjemahkan dalam semua sikap dan tindakan, sehingga bertobat adalah pembaharuan sikap yang harus dialami dalam diri dan dirasakan oleh sesama termasuk tindakan serta sikap yang berpihak pada alam. Prinsisp kontekstualisasi dan universalitas sebagai hasil dari pertobatan harus menyata. Kontekstualisasi adalah semangat dan kreativitas untuk menciptakan sikap pembaharuan yang baru, berani peduli terhadap sesama serta setia mewujudkan nilai-nilai pertobatan yang mengahantar diri dan orang lain pada keselamatan. Universalitas sendiri adalah semangat untuk mewujudkan nilai iman dalam segala aspek, suku dan budaya. Sehingga pertobatan bukan hanya sebagai sakramen, tetapi juga sakramental. Yang berati, setiap pribadi yang bertobat mampu mewujudkan nilai iman dalam setiap sikap, tindakan dan pengambilan keputusan. Ketiga: Pertobatan adalah diaolog dan doa. Sesusngguhnya peristwa Damsyk adalah dialog. Dialog keselamatan ini mutlak Kristus sebagai penyelenggaranya. Diolog yang sudah terjadi itu adalah panggilan (vocasio) sekaligus pengutusan (missio). Bertobat dan menjadi saksi Kristus adalah jawaban mutlak Paulus. Dapatlah dikatakan bahawa, metanoya tidak hanya soal hati dan pembaharuan aksi, lebih luas adalah keberanian untuk menjawab panggilan (vocasio) Kristus dan kesetian dalam mewujudkan nilai-nilai iman (missio). Dialog itu diterjemahkan dalam hidup bersama (komunio) yang mengamalkan amanat Kristus. Sebab Kristos komunion tidak hanya menuntuk sejauh mana kemampuannya dalam menghapal doa, menbaca Kitab Suci dan pengetahuan tentang Teologi, namun sikap, tidakan, dan prinsip-prinsip pelanyanan harus nyata dalam kata, terlihat pada sikap. Sebab iman adalah jawaban atas panggilan Allah dan pertobatan adalah pembaharuan diri secara terus menerus di hadadapan Allah. Ke-empat: Pertobatan sebagai doa dan diaolog pula harus dipahami sebagai perjuangan. Perjuangan yang merupakan wujud pembaharuan sikap sesungguhnya adalah bentuk pewartaan yang mengkonteks. Hal ini adalah bentuk kehadiran Kristus dalam diri manusia. Karena itu, dalam pewartaan sebagai ungkapan pertobatan harus ditungangi oleh kepentingan Kristus. Bukan mengutamakan kedudukan atau mempromosikan status manusia itu sendiri. Karygma adalah doa yang menyata dalam sikap dan kata. Sehingga doa dan bertobat tidak hanya susunan kata yang menarik, pembaharuan tindakan terhadap sesama dan alam harus diwujudkan dalam tindakan. Kepasrahaan sebagai peribadi yang lemah dihapan Tuhan, akan dikuatkan dan dipenuhi oleh-Nya dalam Kebangkitan-Nya. Sikap pertobatan Paulus sesungguhnya adalah kemerdekaan hati, pikiran dan perkataanya di hadapan Tuhan. Menyadarkan diri sebagai pribadi yang lemah merupakan ruang baginya untuk menerima kekuatan Kristus. Kita adalah Paulus yang hidup saat ini,yang siap dijadikan alat Allah untuk memberikan kesaksian kepada dunia. Kebebasan memilih sikap tobat merambah seluruh aspek kehidupan. Dalam kelemahan sebagai makhluk yang terbatas, membiarkan diri kita dibebaskan oleh kemerdekaan Kristus dalam dan melalui Kebangkitan-Nya.